Sebelum melakukan bedah karya, Yayok Aryoseno menceritakan tentang Program Babarasa#1 yang dijadikan sebagai sebuah langkah awal dalam rangka memberdayakan gedung bekas Solo Theater sebagai Gedung Kesenian Solo (GKS). Menurutnya, Setelah mendapatkan ijin dari Pemerintah Kota khususnya Dinas Pariwisata Kodya Surakarta, gedung bioskop yang semula mangkrak selama lebih dari 10 tahun kini dihidupkan kembali agar dapat berfungsi dan bermanfaat bagi masyarakat Solo. Dengan program-program yang telah direncanakan diharapkan kedepannya akan menjadi tempat sirkulasi kesenian untuk anak muda di Solo.
Wiryono mempresentasikan satu karya lukisan yang masih dalam proses pengerjaan. Lukisan yang diberi judul Memori dalam Fenomena dengan visual wajah iwan fals tersebut Wiryono menceritakan akan kekagumannya kepada sosok seorang Iwan yang selalu konsisten dengan pergerakan melalui karya-karya musiknya. Lukisan dengan gaya surialisme tersebut memberi gambaran sebuah perjuangan Iwan Fals dalam membangun kembali kondisi mentalnya ketika ditinggal mati oleh anaknya Galang Rambu Anarki, dimana saat itu Iwan harus tetap berjuang dan mampu bangkit dari keterpurukan. Berjuang melawan kenangan, itulah yang diaangkat dalam lukisan karya Wiryono tersebut.